Rabu, 02 Februari 2011

Rusak Citra Organisasi, PMII Laporkan Suara Hidayatullah ke Dewan Pers

Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) memprotes berita yang diterbitkan oleh suarahidayatullah.com yang berjudul “Dari PMII Menuju Yahudi.” Berita tersebut berpotensi memunculkan persepsi keliru dari pembaca dan cenderung merusak citra PMII, Nahdlatul Ulama (NU), dan Gus Dur.

“Patut diduga wartawan dan redaksi media Suara Hidayatullah dengan sengaja melakukan penggiringan opini untuk merusak citra organisasi PMII, NU, dan Gus Dur. Kami akan melayangkan surat pengaduan ke Dewan Pers atas pemberitaan tersebut,” tegas M. Khusen Yusuf, Ketua Bidang Media dan Opini Publik PB PMII.

Menurut Khusen, wartawan dan redaksi Suara Hidayatullah telah melanggar kode etik jurnalistik yang dijunjung tinggi oleh siapapun yang berprofesi sebagai wartawan. Dengan menulis berita berjudul “Dari PMII Menuju Yahudi” tersebut, wartawan dan redaksi suarahidayatullah.com telah melanggar prinsip-prinsip independensi, akurasi, berimbang, dan tidak beritikat buruk, serta mengedepankan profesionalisme dalam melaksanakan tugas jurnalistiknya seperti yang tertuang dalam Pasal 1 dan Pasal 2 Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Media bersangkutan patut diduga tidak independen, dan dengan jelas terlihat tidak akurat, tidak berimbang, dan beritikad buruk.

”Bagaimana mungkin seorang wartawan yang profesional mengutip mentah-mentah isi sebuah blog tanpa verifikasi terhadap narasumber yang kredibel? Mereka juga tidak melakukan verifikasi kepada lembaga yang disebutkan dalam berita tersebut, termasuk kepada Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU),” tegas Khusen.

Berita berjudul ”Dari PMII Menuju Yahudi” yang dirilis Suara Hidayatullah menceritakan tentang sosok Benjamin Ketang atau Nur Hamid Ketang, Direktur Eksektif Indonesia-Israel Public Affairs Committee-IIPAC. Disebutkan, Ketang yang pernah aktif di ”Pengurus Besar PMII-Putih” melanjutkan pendidikan S2 (MA) ke Jewish Civilization, The Rothberg International School, The Hebrew University of Jerusalem (2004). Ia juga mengaku sebagai pengagum Kabbalah, aliran Yahudi ultra ortodoks, serta disebutkan terlihat fasih mengutip Talmud, Midras, dan sumber-sumber suci yang diyakini Yahudi. ”Kami tidak ada urusan dengan penyebutan Ketang sebagai pengagum Kabbalah, seorang yang mencintai Yahudi, bahkan agen Yahudi sekalipun, atau apapun saja. Yang kami sayangkan adalah adanya upaya penggiringan opini dengan mengaitkan PMII dengan Yahudi. Apalagi dengan judul besar ”Dari PMII Menuju Yahudi.” Judulnya sama sekali tidak relevan, cenderung tendensius dan beritikad buruk,” kata Khusen.

Lebih lanjut dikatakan, berita yang ditulis oleh Suara Hidayatullah justru dapat mengganggu dan merusak nilai-nilai kebangsaan Indonesia, memancing kecurigaan, dan berpotensi memunculkan konflik horizontal di masyarakat. Kader PMII di seluruh Indonesia, warga Nadhliyyin, dan masyarakat yang mencintai Gus Dur pasti akan marah dengan isi berita tersebut. ”Apalagi tanpa ada upaya verifikasi terhadap lembaga yang disebut dalam berita tersebut. Kami menghargai kebebasan pers, tapi pers yang sehat, tidak menghasut dan hanya menebar kebencian,” tandas mahasiswa Pascasarja Ilmu Hukum Universitas Indonesia ini.

Khusen menuntut Redaksi Suara Hidayatullah meminta maaf secara terbuka kepada kader PMII dan Warga NU melalui media massa nasional dan mencabut berita dengan judul "Dari PMII Menuju Yahudi" tersebut.”Jika tidak, saya khawatir akan ada reaksi lebih keras lagi dari kader PMII dan Nahdliyyin,” ujar dia. (*)

0 komentar:

Posting Komentar