Ihwal menulis barangkali hal yang sepele bagi
sebagian orang sekaligus menjadi amat rumit bagi sebagian yang lain. Menulis
sepertinya soal bakat khusus yang hanya dianugrahkan pada orang-orang pintar
semata. Sehingga kita yang merasa tidak berbakat dus tidak pintar akan sangat
sulit untuk menulis sesuatu. Karena alasan itu pulalah
gagasan yang muncul di kepala
kita menjadi lewat begitu saja. Padahal gagasan kadang tak pernah kembali
mengingat memori otak kita yang terbatas.
Mitos bahwa menulis adalah karena bakat dan hanya dimiliki
oleh para cerdik pandai semata haruslah kita patahkan. Karena kenyataanya anak
yang sudah mengenal huruf dan mulai bisa baca berarti juga bisa menulis. Dengan
kata lain, menulis dapat dilakukan oleh siapapun. Yang menjadikan menulis itu
sulit hanyalah keengganan kita untuk mencobanya saja. Maka kemauan untuk
mencoba menjadi lebih penting bahkan dibanding kemampuan menulis itu sendiri.
Ada beberapa strategi yang bisa membantu kita dalam menulis.
Paling tidak supaya tulisan kita sedap dibaca. Berikut telah dirangkum langkah-langkah
menulis dari diskusi rutin PMII Dukuhwaluh yang mengetengahkan tema Menulis
Esai Populer.;
Menemukan gagasan
Manulis, selain kerja pengabadian, merupakan upaya untuk
memberikan informasi maupun gagasan kita kepada orang lain. Sehingga kita perlu
membidik sebuah gagasan yang bisa diberikan pada orang lain. Cara yang bisa
dipakai untuk mendapat gagasan adalah membaca buku, diskusi, dan bisa juga
memanfaatkan media televisi maupun internet. Bagi awam seperti kita, cara
paling gampang untuk menemukan ide adalah dengan mengomentari apa saja yang
sedang menjadi pemberitaan hangat di TV. Bisa pula dengan mengangkat realitas
sosial yang ada di sekitar kita.
Membuat kerangka
Untuk penulis pemula, membuat kerangka sebagai acuan menulis
adalah sebuah langkah bijak. Alasanya bukan hanya agar tulisan kita sistematis,
tetapi juga untuk memunculkan rasa percaya diri. Kerangka tulisan akan membuat
kita yakin tentang apa yang harus kita tulis dari satu paragraf ke paragraf
lain. Kerangka paling umum berisi pendahuluan, isi gagasan kita ataupun
informasi inti, dan sebuah penutup.
Memulai menulis
Bagaimanapun kita harus yakin bahwa bagian terbaik dari
sebuah rencana adalah mulai menjalankanya. Mulailah membuat tulisan dengan
membuat judul. Judul yang baik adalah judul yang jujur, menimbulkan rasa
penasaran, dan tidak terlampau panjang. Lazimnya dalam sebuah esai populer
judul tersusun atas maksimal 5 kata. Selepas itu tulislah bagain awalnya. Kita tak
perlu pusing memikirkan kata apa yang paling bagus untuk memulai tulisan kita.
Rahasianya adalah tulislah apa saja yang ada di kepala kita dengan kata awal apapun.
Rahasianya adalah tulislah apa saja yang ada di kepala kita dengan kata awal apapun.
Tulis hingga semua yang ada di kepala habis. Kemudian baru
kita edit hingga berkesuaian antar satu kalimat dengan kalimat lain. Tentu editing juga harus memperhatikan tanda
baca, ejaan dan sebagainya. Tipsnya, tulisan kita akan terkesan bertenaga dan
mudah dipahami kalau jumlah kata dalam satu kalimat tak terlalu banyak. Lumrahnya
orang Indonesia nyaman membaca sebuah kalimat yang tersusun dari 12 sampai 20
kata saja.
Hal-hal yang perlu
dihindari
1.
Kata asing
Sebagian dari kita menganggap bahwa semakin banyak kata asing dalam
tulisan kita maka semakin berbobotlah tulisan itu. Berarti semakin pintarlah si
penulisnya. Hubungan spontanitas semacam itu memang tampak benar dan masuk
akal. Padahal tidaklah demikian. Tulisan yang berbobot adalah tulisan yang
mampu mengantarkan pemikiran yang rumit dengan bahasa dan cara yang sederhana. Sebisa
mungkin gunakankah padanan kata dalam bahasa Indonesianya, kecuali untuk bahasa
asing yang sudah familiar seperti handphone,
email, dan sebagainya. Jadi yang penting pembaca paham dengan diksi yang
dipilih. Karena buat apa kita menulis jika pembaca justru akan kebingungan?
2.
Jargon dan Klise
Seringkali kita mendapati kata-kata yang berbau jargon dan klise. Celakanya
manusia adalah makhluk yang gampang bosan. Jadi sebaiknya kita menghindari
jargon yang sering digunakan. Andaipun harus menulis jargon umum, peribahasa
misalnya, kita bisa sedikit memodifikasinya. Misal, peribahahasa “Banyak jalan
menuju Roma” akan lebih segar kalau kita tulis “Banyak cara menggapai wisuda”. Tapi
baiklah... kita ganti saja dengan kata lain sesuai selera. Jangan bawa-bawa
wisuda.
3.
Umum dan menggurui
Hal inilah yang paling sering menjebak mahasiswa. Seperti kita tahu, mahasiswa
memiliki gen protes dan idealisme cukup tinggi. Imbasnya mahasiswa manjadi
seolah paling mampu dalam menyampaikan sesuatu sehingga terkesan menggurui dan
tulisanya bersifat umum. Sekali lagi, manusia gampang bosan dengan yang
umum-umum. Pertajamlah tulisan dengan data dan informasi teranyar agar tak
terkesan sudah basi.
Semantara supaya tak terlihat menggurui, kita bisa memaparkan tanda-tanda
dari apa yang akan kita sampaikan. Lalu biarkan si pembaca membuat kesimpulannya
sendiri. Cara seperti itu akan lebih memanusiakan pembaca. Ya, biarkan nalar
pembaca bekerja. Contohnya begini, untuk mengatakan bahwa pemerintah tak
memperhatikan pendidikan, kita tak perlu menulis “pemerintah telah gagal
menyelenggarakan pendidikan yang bisa dijangkau semua kalangan”. Kita cukup
memberikan data anak tak sekolah, jumlah sekolah roboh termakan usia, minimnya
guru berikut tunjangannya, dan sebagainya. Simpelnya, jangan katakan, tapi
gambarkan!
2 Hal bagus
1.
Informatif
Maksudnya tulisan kita berisi informasi ataupun gagasan baru yang genuine. Asli. Tulisan informatif
biasanya didukung oleh data ataupun fakta-fakta yang bisa dipercaya sehingga
menambah wawasan pembaca. Selain itu, integritas penulisnya juga akan terjaga. Jangan
hanya karena ingin tulisanya menarik kemudian menulis berita bohong asal
bombastis.
2.
Fokus
Temukanlah satu gagasan pokok saja dari tulisan
kita. Dengan begitu pembaca tidak akan bingung memahami maksud dari tulisan
kita. Cara yang bisa dipakai untuk tetap fokus adalah dengan membuat kerangka
sebagaimana telah dibahas di atas.
Menulis
adalah tugas dakwah manusia. Utamanya PMII. Menulis, bagi kader PMII, adalah
cara yang efektif untuk menyebarkan semangat pergerakannya. Terkhusus untuk
membendung paham ajaran lain yang disebarkan lewat tulisan. Menulis juga
senjata untuk melawan segala kejumudan pikira manusia. Menulis jualah yang menjadi
perwujudan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Simpulanya, Menulis adalah
ikhtiar berPMII.
0 komentar:
Posting Komentar