Selasa, 15 Maret 2016

Menulis dan Ikhtiar BerPMII (catatan sebuah diksusi kepenulisan)



Ihwal menulis barangkali hal yang sepele bagi sebagian orang sekaligus menjadi amat rumit bagi sebagian yang lain. Menulis sepertinya soal bakat khusus yang hanya dianugrahkan pada orang-orang pintar semata. Sehingga kita yang merasa tidak berbakat dus tidak pintar akan sangat sulit untuk menulis sesuatu. Karena alasan itu pulalah
gagasan yang muncul di kepala kita menjadi lewat begitu saja. Padahal gagasan kadang tak pernah kembali mengingat memori otak kita yang terbatas.

Mitos bahwa menulis adalah karena bakat dan hanya dimiliki oleh para cerdik pandai semata haruslah kita patahkan. Karena kenyataanya anak yang sudah mengenal huruf dan mulai bisa baca berarti juga bisa menulis. Dengan kata lain, menulis dapat dilakukan oleh siapapun. Yang menjadikan menulis itu sulit hanyalah keengganan kita untuk mencobanya saja. Maka kemauan untuk mencoba menjadi lebih penting bahkan dibanding kemampuan menulis itu sendiri.
Ada beberapa strategi yang bisa membantu kita dalam menulis. Paling tidak supaya tulisan kita sedap dibaca. Berikut telah dirangkum langkah-langkah menulis dari diskusi rutin PMII Dukuhwaluh yang mengetengahkan tema Menulis Esai Populer.;
Menemukan gagasan
Manulis, selain kerja pengabadian, merupakan upaya untuk memberikan informasi maupun gagasan kita kepada orang lain. Sehingga kita perlu membidik sebuah gagasan yang bisa diberikan pada orang lain. Cara yang bisa dipakai untuk mendapat gagasan adalah membaca buku, diskusi, dan bisa juga memanfaatkan media televisi maupun internet. Bagi awam seperti kita, cara paling gampang untuk menemukan ide adalah dengan mengomentari apa saja yang sedang menjadi pemberitaan hangat di TV. Bisa pula dengan mengangkat realitas sosial yang ada di sekitar kita.
Membuat kerangka
Untuk penulis pemula, membuat kerangka sebagai acuan menulis adalah sebuah langkah bijak. Alasanya bukan hanya agar tulisan kita sistematis, tetapi juga untuk memunculkan rasa percaya diri. Kerangka tulisan akan membuat kita yakin tentang apa yang harus kita tulis dari satu paragraf ke paragraf lain. Kerangka paling umum berisi pendahuluan, isi gagasan kita ataupun informasi inti, dan sebuah penutup.
Memulai menulis
Bagaimanapun kita harus yakin bahwa bagian terbaik dari sebuah rencana adalah mulai menjalankanya. Mulailah membuat tulisan dengan membuat judul. Judul yang baik adalah judul yang jujur, menimbulkan rasa penasaran, dan tidak terlampau panjang. Lazimnya dalam sebuah esai populer judul tersusun atas maksimal 5 kata. Selepas itu tulislah bagain awalnya. Kita tak perlu pusing memikirkan kata apa yang paling bagus untuk memulai tulisan kita.
Rahasianya adalah tulislah apa saja yang ada di kepala kita dengan kata awal apapun.
Tulis hingga semua yang ada di kepala habis. Kemudian baru kita edit hingga berkesuaian antar satu kalimat dengan kalimat lain. Tentu editing juga harus memperhatikan tanda baca, ejaan dan sebagainya. Tipsnya, tulisan kita akan terkesan bertenaga dan mudah dipahami kalau jumlah kata dalam satu kalimat tak terlalu banyak. Lumrahnya orang Indonesia nyaman membaca sebuah kalimat yang tersusun dari 12 sampai 20 kata saja.
Hal-hal yang perlu dihindari
1.    Kata asing
Sebagian dari kita menganggap bahwa semakin banyak kata asing dalam tulisan kita maka semakin berbobotlah tulisan itu. Berarti semakin pintarlah si penulisnya. Hubungan spontanitas semacam itu memang tampak benar dan masuk akal. Padahal tidaklah demikian. Tulisan yang berbobot adalah tulisan yang mampu mengantarkan pemikiran yang rumit dengan bahasa dan cara yang sederhana. Sebisa mungkin gunakankah padanan kata dalam bahasa Indonesianya, kecuali untuk bahasa asing yang sudah familiar seperti handphone, email, dan sebagainya. Jadi yang penting pembaca paham dengan diksi yang dipilih. Karena buat apa kita menulis jika pembaca justru akan kebingungan?
2.    Jargon dan Klise
Seringkali kita mendapati kata-kata yang berbau jargon dan klise. Celakanya manusia adalah makhluk yang gampang bosan. Jadi sebaiknya kita menghindari jargon yang sering digunakan. Andaipun harus menulis jargon umum, peribahasa misalnya, kita bisa sedikit memodifikasinya. Misal, peribahahasa “Banyak jalan menuju Roma” akan lebih segar kalau kita tulis “Banyak cara menggapai wisuda”. Tapi baiklah... kita ganti saja dengan kata lain sesuai selera. Jangan bawa-bawa wisuda.
3.    Umum dan menggurui
Hal inilah yang paling sering menjebak mahasiswa. Seperti kita tahu, mahasiswa memiliki gen protes dan idealisme cukup tinggi. Imbasnya mahasiswa manjadi seolah paling mampu dalam menyampaikan sesuatu sehingga terkesan menggurui dan tulisanya bersifat umum. Sekali lagi, manusia gampang bosan dengan yang umum-umum. Pertajamlah tulisan dengan data dan informasi teranyar agar tak terkesan sudah basi.

Semantara supaya tak terlihat menggurui, kita bisa memaparkan tanda-tanda dari apa yang akan kita sampaikan. Lalu biarkan si pembaca membuat kesimpulannya sendiri. Cara seperti itu akan lebih memanusiakan pembaca. Ya, biarkan nalar pembaca bekerja. Contohnya begini, untuk mengatakan bahwa pemerintah tak memperhatikan pendidikan, kita tak perlu menulis “pemerintah telah gagal menyelenggarakan pendidikan yang bisa dijangkau semua kalangan”. Kita cukup memberikan data anak tak sekolah, jumlah sekolah roboh termakan usia, minimnya guru berikut tunjangannya, dan sebagainya. Simpelnya, jangan katakan, tapi gambarkan!

2 Hal bagus
1.    Informatif
Maksudnya tulisan kita berisi informasi ataupun gagasan baru yang genuine. Asli. Tulisan informatif biasanya didukung oleh data ataupun fakta-fakta yang bisa dipercaya sehingga menambah wawasan pembaca. Selain itu, integritas penulisnya juga akan terjaga. Jangan hanya karena ingin tulisanya menarik kemudian menulis berita bohong asal bombastis.
2.         Fokus
Temukanlah satu gagasan pokok saja dari tulisan kita. Dengan begitu pembaca tidak akan bingung memahami maksud dari tulisan kita. Cara yang bisa dipakai untuk tetap fokus adalah dengan membuat kerangka sebagaimana telah dibahas di atas.

Menulis adalah tugas dakwah manusia. Utamanya PMII. Menulis, bagi kader PMII, adalah cara yang efektif untuk menyebarkan semangat pergerakannya. Terkhusus untuk membendung paham ajaran lain yang disebarkan lewat tulisan. Menulis juga senjata untuk melawan segala kejumudan pikira manusia. Menulis jualah yang menjadi perwujudan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Simpulanya, Menulis adalah ikhtiar berPMII.

0 komentar:

Posting Komentar